Syekh
Maulana Said Adam Umar sudah lima dasawarsa berkhidmat sebagai pengurus (khadim
) makam Rasulullah SAW dan Masjid Nabawi. Saat ini beliau menjabat sebagai
kepala para khadim . Ketika dijumpai oleh Damanhuri Zuhri
dan Ali Rido dari Republika , beliau sangat gembira.
Fisiknya masih bugar, bahkan tampak lebih muda dari usianya yang sesungguhnya,
88 tahun. Pengabdiannya
untuk menjaga makam Rasulullah SAW dan masjid Nabawi, merupakan berkah dari
Allah SWT. Keikhlasannya mengurusi makam pemimpin umat Islam itu, membawa pria
asli Ethiopia ini pada kehidupan yang semakin baik dengan keimanan yang makin
mantap. Bagaimana pengalamannya selama mengabdikan diri menjaga makam Nabi?
Berikut hasil perbincangan selengkapnya.
Sejak kapan
Anda menjadi penjaga makam Rasulullah SAW?
Kurang lebih
sudah 51 tahun.
Apa yang
mendorong Anda untuk berkhidmat sebagai penjaga makam Rasul?
Sejak kecil
selama di Habasyah (Ethiopia), saya dibimbing oleh ulama-ulama, guru-guru yang
saleh, serta wali Allah. Mereka mengajarkan Alquran dan sirah (riwayat
hidup--Red) Rasulullah SAW. Ketika masih mempelajari sirah Nabi SAW itu, saya
sudah berharap memiliki kesempatan ke Masjid Nabawi. Begitu guru saya meninggal
dunia, saya sudah berketetapan hati menuju Masjid Nabawi. Akhirnya, kesempatan
itu datang, dan langsung saya mengajukan diri ke Kerajaan Saudi sebagai penjaga
Makam Rasul dan Masjid Nabawi. Alhamdulillah saya mendapatkan izin.
Bagaimana
proses pendaftarannya ketika itu dan apa saja syaratnya?
Ketika itu
tidak ada syarat-syarat yang ditetapkan. Siapa pun bisa mengajukan diri ke
pihak Kerajaan Saudi. Waktu zaman saya dulu, masih sedikit orang yang mau
mengurus makam Rasulullah. Jadi, sangat mudah untuk mendapatkan tugas itu.
Berbeda dengan sekarang, sudah banyak sekali aturan.
Berapa
jumlah keseluruhan penjaga makam Rasulullah?
Dulu
jumlahnya sampai ratusan. Paling sedikit 80 orang. Sekarang hanya tinggal 10
orang dan sebagian besar dari Habasyah. Orang-orang Habasyah ini, sekitar 200
tahun lalu, sudah diberikan tugas secara khusus oleh Kekhalifahan Turki Ustmani
untuk menjaga Masjid Nabawi. Adapun kewajiban sepuluh orang itu, di antaranya
ada yang bertugas memberikan tongkat kepada khatib ketika shalat Jumat, ada yang
bertugas membuka pintu mimbar, dan ada yang bertugas menjaga keharuman masjid.
Jika ada
orang Indonesia yang hendak berkhidmat di Masjid Nabawi, apa bisa?
Dulu orang
Indonesia atau orang mana saja bisa, asalkan mendapatkan persetujuan dari
Kerajaan. Tapi, untuk saat ini sudah tidak bisa. Sebenarnya, siapa pun yang
hendak mencari kemuliaan tidak mesti menjadi khadim (pengabdi)
Masjid Nabawi. Kemuliaan bisa didapat dari mana-mana. Kalau mau mengabdikan
diri di masjid-masjid di Indonesia pun, insya Allah mendapatkan kemuliaan.
Mereka yang hidup untuk masjid, saya yakin kehidupannya akan bertambah bahagia,
semua urusannya lancar dan diberikan kesehatan jasmani dan rohani.
Bagaimana
Kerajaan Arab Saudi memuliakan para penjaga makam Nabi?
Kerajaan
Saudi sangat memuliakan orang yang mengikhlaskan diri untuk agama dan mengabdi
untuk Al-Haramain (Makkah dan Madinah--Red). Dari segi materi, kami tidak
mengharapkan apa-apa. Tetapi Alhamdulillah, sampai saat ini kebutuhan hidup
kami diperhatikan oleh Kerajaan dan kami tidak kekurangan suatu apa pun.
Siapa saja
selain penjaga makam yang diperbolehkan masuk ke dalam makam?
Siapa pun
boleh kalau mendapatkan izin dari pihak Kerajaan. Biasanya, mereka itu
tamu-tamu negara. Misalnya, presiden Indonesia.
Bisa Anda
gambarkan bagaimana kondisi makam Rasul saat ini?
Dulu makam
Rasulullah tidak di dalam masjid, tetapi di rumah Aisyah. Makam Rasul seperti
halnya makam-makam di Baqi', berupa gundukan tanah setinggi kira-kira dua
jengkal. Saat itu banyak kotoran hewan dan manusia di sekitar makam, maka
Khalifah Abdul Malik ibnu Marwan dengan persetujuan ulama memasukkan makam itu
ke dalam Masjid Nabawi. Kemudian, pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz
dibangun tembok sekitar makam. Di dalamnya ada makam Rasul, Abu Bakar, dan
Umar. Di sebelah makam Rasul, ada makam Abu Bakar yang agak ke bawah, kira-kira
kepala beliau di bagian pinggang Nabi, dan makam Umar lebih ke bawah lagi.
Kita tidak tahu persis di arah mana makam Nabi karena temboknya berbentuk segitiga dan sangat tinggi, sekitar 5 meter. Satu-satunya celah untuk melihat makam secara langsung yaitu dari atap kubah hijau. Tetapi, untuk naik ke sana tidak ada jalan. Perlindungan semacam ini untuk menghindari penyembahan terhadap Nabi. Rasulullah SAW sendiri pernah berdoa, ''Ya Allah jangan jadikan kuburku sebagai tempat beribadah.'' Jadi, sudah jelas bahwa Rasulullah melarang kita beribadah di makam beliau.
Kita tidak tahu persis di arah mana makam Nabi karena temboknya berbentuk segitiga dan sangat tinggi, sekitar 5 meter. Satu-satunya celah untuk melihat makam secara langsung yaitu dari atap kubah hijau. Tetapi, untuk naik ke sana tidak ada jalan. Perlindungan semacam ini untuk menghindari penyembahan terhadap Nabi. Rasulullah SAW sendiri pernah berdoa, ''Ya Allah jangan jadikan kuburku sebagai tempat beribadah.'' Jadi, sudah jelas bahwa Rasulullah melarang kita beribadah di makam beliau.
Apa upaya
yang dilakukan Kerajaan untuk menjamin keamanan makam?
Pengamanan
sangat ketat dalam 24 jam. Ada pasukan khusus untuk menjaga makam dan Masjid
Nabawi. Kita tidak ingin ada upaya pencurian jasad Nabi seperti yang pernah
terjadi sekitar abad ke-8 Hijriah silam. Seorang Yahudi membuat lubang di
sebuah rumah sewaan di sekitar Masjid Nabawi untuk mengambil jasad Rasulullah
SAW. Dalam cerita itu, ada seorang wali Allah di Madinah yang bermimpi
didatangi Rasulullah dan diberi tahu ada orang di dalam lubang mau membawa
jasadnya. Begitu dia bangun, diceritakan mimpi itu. Setelah dicari, akhirnya
ditemukan. Penggalian lubang sudah dekat dengan jasad Nabi. Pelakunya kemudian
ditangkap dan dihukum mati.
Pengalaman apa yang paling berkesan selama 51 tahun Anda berkhidmat di makam Nabi?
Pengalaman apa yang paling berkesan selama 51 tahun Anda berkhidmat di makam Nabi?
Banyak
sekali hal yang membuat saya semangat dan bahagia. Saya selalu mempelajari sejarah
dan riwayat hidup Rasulullah SAW. Kegiatan saya yang lain membersihkan area
sekitar makam dan memberi wangi-wangian. Kadang-kadang saya menangis karena ada
sesuatu yang sebelumnya tidak saya pikirkan, tiba-tiba saya merasa bahagia.
Saya begitu bangga diberikan kesempatan seperti ini. Semakin lama bertugas
sebagai khadim makam Rasul, semakin saya merasakan iman saya
bertambah, hati semakin tenang, dimuliakan oleh raja Kerajaan Saudi, juga
raja-raja dari negeri Islam di mana-mana. Saya pernah diundang oleh Raja
Maroko. Raja Maroko itu masih keturunan ahlul bait juga. Kalau
beliau berkunjung ke Madinah pasti menemui saya.
Pernah
bermimpi bertemu dengan Rasul?
Untuk
bermimpi bertemu dengan rasul tidak harus menjadi penjaga makam beliau. Siapa
pun yang mendekatkan diri kepada Allah dan banyak membaca shalawat kepada nabi
Muhammad SAW, Allah akan memberikan kemuliaan kepadanya. Mimpi bertemu dengan
Nabi SAW merupakan suatu kebanggaan dan pengalaman yang luar biasa. Itu bagian
dari manisnya iman. Di akhirat nanti pun, orang-orang yang mendapatkan syafaat
dari Nabi adalah mereka yang selalu bershalawat kepadanya.
Di Indonesia beredar selebaran maupun pesan lewat telepon seluler yang
bertuliskan dari seorang penjaga makam Rasul bermimpi bertemu Nabi SAW. Ada
peringatan, bagi yang menerimanya wajib menyebarkan kepada masyarakat. Kalau
tidak ia akan celaka. Benarkah itu dari penjaga makam Rasul?
Itu bohong dan dosa besar orang yang melakukannya. Kejadian serupa pernah berlangsung di Madinah puluhan tahun silam. Di Madinah sendiri banyak orang yang percaya itu. Kalau Anda mendapatkan selebaran itu, disobek-sobek saja. Tidak akan terjadi apa-apa. Tidak akan celaka, karena itu bohong. Di selebaran itu tertanda nama Syekh Ahmad. Sudah 51 tahun saya bertugas di makam Nabi dan saat ini menjadi kepala, tidak pernah ada penjaga makam yang bernama Ahmad. Saya yakin itu perbuatan musuh-musuh Islam. Mereka hendak merusak keimanan kita melalui penyebaran khurafat. Syekh Abu Bakar Jazairi, seorang ahli tafsir di Madinah, pernah mengatakan selebaran seperti itu dari musuh-musuh Islam yang sengaja disebarkan untuk merusak akidah umat. Bayangkan, apa yang terjadi jika praktik-praktik syirik merebak di Makkah dan Madinah. Kalau kita percaya selebaran itu, umat Islam dari seluruh dunia jauh-jauh datang ke tanah suci hanya akan tertular perbuatan syirik. Mengenai syirik, bukankah banyak pengunjung makam yang melemparkan kertas ke area makam memohon sesuatu dari Rasul?
Itu bohong dan dosa besar orang yang melakukannya. Kejadian serupa pernah berlangsung di Madinah puluhan tahun silam. Di Madinah sendiri banyak orang yang percaya itu. Kalau Anda mendapatkan selebaran itu, disobek-sobek saja. Tidak akan terjadi apa-apa. Tidak akan celaka, karena itu bohong. Di selebaran itu tertanda nama Syekh Ahmad. Sudah 51 tahun saya bertugas di makam Nabi dan saat ini menjadi kepala, tidak pernah ada penjaga makam yang bernama Ahmad. Saya yakin itu perbuatan musuh-musuh Islam. Mereka hendak merusak keimanan kita melalui penyebaran khurafat. Syekh Abu Bakar Jazairi, seorang ahli tafsir di Madinah, pernah mengatakan selebaran seperti itu dari musuh-musuh Islam yang sengaja disebarkan untuk merusak akidah umat. Bayangkan, apa yang terjadi jika praktik-praktik syirik merebak di Makkah dan Madinah. Kalau kita percaya selebaran itu, umat Islam dari seluruh dunia jauh-jauh datang ke tanah suci hanya akan tertular perbuatan syirik. Mengenai syirik, bukankah banyak pengunjung makam yang melemparkan kertas ke area makam memohon sesuatu dari Rasul?
Memang
banyak yang melakukan hal itu. Setelah mereka pergi, kertas-kertas itu saya
sapu dan saya buang ke tempat sampah.
Apa yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh para peziarah?
Sebaiknya
yang berziarah ke makam Nabi SAW mengucapkan Assalamualaika
ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. Lebih baik lagi kalau lebih dari
itu, misalnya, ''Aku bersaksi engkau ya Rasulullah adalah utusan Allah SWT yang
sudah menyampaikan seluruh amanat yang diberikan oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan Islam. Engkau sudah memberikan petunjuk kepada kami menuju jalan
yang lurus. Mudah-mudahan Allah memberikan pahala yang sangat luas.'' Kita
ucapkan itu dengan penuh hormat dan tidak mengeraskan suara. Setelah itu,
hendaknya mengucapkan salam kepada Abu Bakar As-Siddiq, kemudian kepada Umar
bin Khathab, dan mendoakan mereka. Selanjutnya, kita berdoa menghadap ke
kiblat, bukan ke kuburan. Doa itu haknya Allah. Oleh karena itu, kita kembali
kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya. Tidak usah meratap di pagar makam.
Pagar-pagar itu baru, tidak pernah disentuh Nabi, jadi tidak bertuah apa-apa. Kecuali
jika benda-benda yang pernah dimiliki Rasulullah SAW, seperti bajunya,
pedangnya, sisirnya, dan rambutnya. Ada riwayat bahwa dahulu para sahabat
bertawasul dengan rambut Rasulullah untuk mengobati orang sakit. Dengan izin
Allah bisa sembuh. Ini memang wajar, karena ada keberkahan dari Rasulullah SAW.
Tetapi, untuk pagar makam tidak ada berkah.
Apakah Anda
mengamati bagaimana perilaku peziarah dari Indonesia?
Umat muslim
Indonesia dikenal di Madinah sebagai jamaah yang paling lembut dan mudah
diatur. Kami paling senang kalau menerima jamaah haji asal Indonesia. Kalau
jamaah dari negara lain banyak menimbulkan masalah. Jamaah Indonesia membawa
kemuliaan, membawa nama baik bagi bangsanya. Kami berdoa semoga Allah SWT
menjadikan Indonesia negeri yang aman, tenang, dan dianugerahi pemimpin yang
bertakwa agar dia bisa membawa amanat Allah dan rakyatnya. Yang penting untuk
diperhatikan ketika berziarah ke makam Rasul adalah tidak bersikap
berlebih-lebihan. Tidak meratap dan menangis di depan kuburan, tetapi ketika
shalat malah biasa-biasa saja. Kita tidak boleh memohon kepada Rasulullah, kecuali
kalau beliau masih hidup.
Apa kegiatan
Anda selama di Indonesia?
Saya tiba di
sini (Jakarta--Red) pada hari Ahad, 26 Juli 2009. Insya Allah sampai tanggal 10
atau 11 Agustus mendatang. Kegiatan selama di Jakarta sudah diatur oleh pihak
panitia penyelenggara di Masjid Agung Sunda Kelapa. Pada malam Jumat ba'da
Magrib, ada pengajian rutin. Pada kesempatan tersebut saya yang mengisi
pengajian, berdialog dengan jamaah. Nanti, ada penerjemahnya. Pada Jumat, 31
Juli 2009, saya berdialog dengan jamaah di Masjid At-Tin. Kemudian pada
Ahadnya, saya mengisi kuliah Dhuha setelah melakukan iktikaf bersama. Selama di
sini, penyambutannya luar biasa. Kami sangat dihormati. Terima kasih.
By Republika Contributor
Senin, 03
Agustus 2009 pukul 12:06:00